Genre : Persahabatan, Childhood
Made : 24 Juni 2014
Writer : Gabe Marihot
Tidak terasa sudah
hampir 10 tahun Dimas meninggalkan kampung halaman yang dicintainya ini. Tak
dapat dilukiskan betapa ia sangat merindukan suasana pedesaan yang masih asri
tersebut. Desa Siharang-karang
yang terletak di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara ini memang masih sangat asri, pohon-pohon rindang masih terpapar luas mata memandang. Dimas baru saja pulang dari Jakarta, tempat ia merantau dan saksi kesuksesan dirinya. Ia pulang untuk ziarah kemakam orangtuanya yang telah berpulang beberapa tahun silam. Ayahnya meninggal pada saat ia masih balita, dan Ibunya meninggal tepat 5 tahun lalu saat ia baru 2 hari saja diwisuda.
yang terletak di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara ini memang masih sangat asri, pohon-pohon rindang masih terpapar luas mata memandang. Dimas baru saja pulang dari Jakarta, tempat ia merantau dan saksi kesuksesan dirinya. Ia pulang untuk ziarah kemakam orangtuanya yang telah berpulang beberapa tahun silam. Ayahnya meninggal pada saat ia masih balita, dan Ibunya meninggal tepat 5 tahun lalu saat ia baru 2 hari saja diwisuda.
Tak terasa air mata
mengalir Dimas mengalir membasahi pipinya, ia mengingat semua kenangan masa
kecilnya yang banyak menyimpan cerita. Ia kemudian berjalan menuju sebuah tanah
lapang yang sudah lama disumbangkan pemiliknya untuk menjadi lapangan desa,
tujuan utamanya adalah sebuah sungai yang tepat berada disebelah timur lapangan
tersebut, yang jaraknya kira-kira 200 meter. Ia tiba-tiba terbayang akan teman
masa kecilnya, Andri. Ia dan Andri adalah dua sekawan yang sangat akrab, hampir
setiap hari mereka bermain bersama, bermain berbagai corak permainan
tradisional yang sekarang mungkin sudah kurang diminati anak-anak lagi. Namun
sebuah tragedi menimpa mereka berdua kala itu.
Suatu hari, Dimas
dan Andri bermain Gasingan ditanah lapang desa, mereka bermain sejak siang hari
hingga sore. Dimas dan Andri yang sama-sama tidak mau kalah terus beradu dengan
semangatnya. “Sudahlah Dim, gasingmu pasti kalah sama punyaku” ledek Andri.
“Hahaha, mimpi kamu Dri, liat nih gasingan ku lebih keren dan hebat” seru Dimas
tak mau kalah. Mereka terus bermain dengan semangat hingga lupa waktu. Senjapun
sudah datang, burung-burung kembali kesarang dan suara jangkrik sudah
berdendang ria. Merek memutuskan untuk pulang kerumah. “ehh, tunggu bentar, aku
mau cuci tangan dan kakiku dulu di sungai” kata Dimas. “Aku tunggu disini aja
ya” Ucap Andri. Dimas mengangguk dan pergi kesungai. Dimas pun sampai disungai
dan membasuh kaki dan tangan serta mukanya dengan air yang dingin namun segar,
ia terus membasuh hingga ia merasa sudah bersih. Tiba-tiba suara decakan air
menyita perhatian Dimas.
Hampir 20 menit
Andri menunggu Dimas, hari sudah sangat gelap dan sedikit menyeramkan, ia mulai
khawatir dengan Dimas, ia pun menyusul Dimas kearah sungai. Sesampainya
disungai, Andri tidak menemukan siapapun disana. “Dimassss,, Dimmmm kamu
dimana???” Andri berteriak beberapa kali, namun tak ada sahutan dari siapapun.
Ia terus mencari keberadaan Dimas. Tiba-tiba kakinya menendang sesuatu ,
setelah ia perhatikan ternyata itu adalah gasing milik Dimas. Ia pun sekamin
khawatir akan Dimas, ia terus berteriak dan berjalan terus menyusuri sungai,
sesaat kemudian ia mendengar eluhan pelan yang memanggil namanya. Ia berusaha
mencari keberadaan temannya tersebut. Ia menemukan Dimas terbaring disamping batu
besar yang berada disisi sungai, ia melihat kaki Dimas berdarah. “Dim, kamu
ngak apa-apa? Ada apa Dim?” Dimas menjelaskan bahwa ia diserang seekor harimau
sumatra saat membasuh tubuhnya, ia sempat lari dan berusaha menyelamatkan
dirinya, kakinya terkena batu yang tajam sehingga terluka, ia kemudian berhasil
sembunyi dari kejaran harimau tersebut.
Andri membantu
Dimas untuk pergi dari tempat itu,
sebelum harimau itu kembali. Dengan susah payah mereka mencoba naik dari sungai
yang memang memiliki sisi yang cukup licin. Ketakutan Dimas dan Andri menjadi
kenyataan, harimau tersebut ternyata mengejar mereka, mereka mencoba
mempercepat langkahnya, namun itu sia-sia, harimau tersebut sudah hampir sampai keposisi. Jika mereka
terus begini maka mereka berdua akan mati disini. Andri akhirnya melepaskan
Dimas. “Dim, cepatlah pergi, aku akan mengalihkan harimau tersebut, sementara
kau pergi kedesa, cari bantuan” perintah Andri. “Tapi Dri, kau akan lebih cepat
sampai kedesa daripada aku, “ “kau tidak akan berdaya melawan dia Dim, ayoo
cepatt” bentak Andri seraya mengambil sebuah balok kayu didekatnya.
Dimas pun berlari
kedesa dengan kaki yanh terluka, ia berusaha secepat munkin agar Andri
secepatnya dapat bantuan. Setelah berhasil memberitahu warga desa, mereka pun
bergegas menuju sungai, Dimas yang terluka memaksakan diri ikut walau dengan
kaki diperban. Namun ternyata semuanya terlambat, mereka melihat adegan yang
sangat mengerikan. Harimau tersebut sudah membunuh Andri dan melahapnya. Sontak
warga desa menyeang harimau tersebut hingga akhirnya mati tertancap bambu
runcing. Orangtua Andri tak kuasa menahan tangis dan pingsan, Dimas pun hanya
bisa terduduk dan melihat sahabatnya itu dengan berlingan air mata.
Dimas tersadar dari
lamunannya, tak terasa har sudah senja, ia kemudian bergegas pulang kerumah
sanak saudara tempat ia menginap. Keeseokan harinya ia ziarah kemakam
orangtuanya dan setelah itu kemakam sahabatnya, ANDRI.
****
0 komentar:
Posting Komentar