Rabu, 25 Juni 2014

 00.32      , ,    No comments

Genre : Persahabatan, Childhood

Made : 24 Juni 2014
Writer : Gabe Marihot

Tidak terasa sudah hampir 10 tahun Dimas meninggalkan kampung halaman yang dicintainya ini. Tak dapat dilukiskan betapa ia sangat merindukan suasana pedesaan yang masih asri tersebut. Desa Siharang-karang
yang terletak di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara ini memang masih sangat asri, pohon-pohon rindang masih terpapar luas mata memandang. Dimas baru saja pulang dari Jakarta, tempat ia merantau dan saksi kesuksesan dirinya. Ia pulang untuk ziarah kemakam orangtuanya yang telah berpulang beberapa tahun silam. Ayahnya meninggal pada saat ia masih balita, dan Ibunya meninggal tepat 5 tahun lalu saat ia baru 2 hari saja diwisuda.

Tak terasa air mata mengalir Dimas mengalir membasahi pipinya, ia mengingat semua kenangan masa kecilnya yang banyak menyimpan cerita. Ia kemudian berjalan menuju sebuah tanah lapang yang sudah lama disumbangkan pemiliknya untuk menjadi lapangan desa, tujuan utamanya adalah sebuah sungai yang tepat berada disebelah timur lapangan tersebut, yang jaraknya kira-kira 200 meter. Ia tiba-tiba terbayang akan teman masa kecilnya, Andri. Ia dan Andri adalah dua sekawan yang sangat akrab, hampir setiap hari mereka bermain bersama, bermain berbagai corak permainan tradisional yang sekarang mungkin sudah kurang diminati anak-anak lagi. Namun sebuah tragedi menimpa mereka berdua kala itu.

Suatu hari, Dimas dan Andri bermain Gasingan ditanah lapang desa, mereka bermain sejak siang hari hingga sore. Dimas dan Andri yang sama-sama tidak mau kalah terus beradu dengan semangatnya. “Sudahlah Dim, gasingmu pasti kalah sama punyaku” ledek Andri. “Hahaha, mimpi kamu Dri, liat nih gasingan ku lebih keren dan hebat” seru Dimas tak mau kalah. Mereka terus bermain dengan semangat hingga lupa waktu. Senjapun sudah datang, burung-burung kembali kesarang dan suara jangkrik sudah berdendang ria. Merek memutuskan untuk pulang kerumah. “ehh, tunggu bentar, aku mau cuci tangan dan kakiku dulu di sungai” kata Dimas. “Aku tunggu disini aja ya” Ucap Andri. Dimas mengangguk dan pergi kesungai. Dimas pun sampai disungai dan membasuh kaki dan tangan serta mukanya dengan air yang dingin namun segar, ia terus membasuh hingga ia merasa sudah bersih. Tiba-tiba suara decakan air menyita perhatian Dimas.

Hampir 20 menit Andri menunggu Dimas, hari sudah sangat gelap dan sedikit menyeramkan, ia mulai khawatir dengan Dimas, ia pun menyusul Dimas kearah sungai. Sesampainya disungai, Andri tidak menemukan siapapun disana. “Dimassss,, Dimmmm kamu dimana???” Andri berteriak beberapa kali, namun tak ada sahutan dari siapapun. Ia terus mencari keberadaan Dimas. Tiba-tiba kakinya menendang sesuatu , setelah ia perhatikan ternyata itu adalah gasing milik Dimas. Ia pun sekamin khawatir akan Dimas, ia terus berteriak dan berjalan terus menyusuri sungai, sesaat kemudian ia mendengar eluhan pelan yang memanggil namanya. Ia berusaha mencari keberadaan temannya tersebut. Ia menemukan Dimas terbaring disamping batu besar yang berada disisi sungai, ia melihat kaki Dimas berdarah. “Dim, kamu ngak apa-apa? Ada apa Dim?” Dimas menjelaskan bahwa ia diserang seekor harimau sumatra saat membasuh tubuhnya, ia sempat lari dan berusaha menyelamatkan dirinya, kakinya terkena batu yang tajam sehingga terluka, ia kemudian berhasil sembunyi dari kejaran harimau tersebut.

Andri membantu Dimas untuk pergi dari  tempat itu, sebelum harimau itu kembali. Dengan susah payah mereka mencoba naik dari sungai yang memang memiliki sisi yang cukup licin. Ketakutan Dimas dan Andri menjadi kenyataan, harimau tersebut ternyata mengejar mereka, mereka mencoba mempercepat langkahnya, namun itu sia-sia, harimau tersebut  sudah hampir sampai keposisi. Jika mereka terus begini maka mereka berdua akan mati disini. Andri akhirnya melepaskan Dimas. “Dim, cepatlah pergi, aku akan mengalihkan harimau tersebut, sementara kau pergi kedesa, cari bantuan” perintah Andri. “Tapi Dri, kau akan lebih cepat sampai kedesa daripada aku, “ “kau tidak akan berdaya melawan dia Dim, ayoo cepatt” bentak Andri seraya mengambil sebuah balok kayu didekatnya.

Dimas pun berlari kedesa dengan kaki yanh terluka, ia berusaha secepat munkin agar Andri secepatnya dapat bantuan. Setelah berhasil memberitahu warga desa, mereka pun bergegas menuju sungai, Dimas yang terluka memaksakan diri ikut walau dengan kaki diperban. Namun ternyata semuanya terlambat, mereka melihat adegan yang sangat mengerikan. Harimau tersebut sudah membunuh Andri dan melahapnya. Sontak warga desa menyeang harimau tersebut hingga akhirnya mati tertancap bambu runcing. Orangtua Andri tak kuasa menahan tangis dan pingsan, Dimas pun hanya bisa terduduk dan melihat sahabatnya itu dengan berlingan air mata.

Dimas tersadar dari lamunannya, tak terasa har sudah senja, ia kemudian bergegas pulang kerumah sanak saudara tempat ia menginap. Keeseokan harinya ia ziarah kemakam orangtuanya dan setelah itu kemakam sahabatnya, ANDRI.

****

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Kirim Cerita