ryan
memegang dadanya erat, entah mengapa debaran didadanya menjadi begitu cepat.
Ditarik nafasnya berulang kali berusaha menenangkan debar jantungnya tapi entah
mengapa
debaran didadanya malah semakin menjadi. ryan memejamkan matanya,
tubuhnya perlahan disandarkannya ke dinding rumah sakit. “sesuatu…sesuatu pasti
telah terjadi…yun, bertahanlah! Oh Tuhan…aku.. aku…aku tidak ingin sesuatu
terjadi padamu…” ryan menarik nafasnya untuk yang kesekian kali, dikuatkan
hatinya untuk melanjutkan langkahnya kembali. Setelah melangkah beberapa saat,
akhirnya ryan sampai didepan pintu
tempat dimana yuyun dirawat. Dibukanya pintu dengan perlahan.”yun…?” ryan
berujar pelan. Tapi alangkah kagetnya kala dilihat orang yang dicemaskannya
tersebut dalam keadaan yang mengenaskan wajahnya pucat, keningnya berkeringat.
Sementara itu seorang suster terlihat sedang membersihkan bekas bekas muntahan
yang berserakan di lantai dan di sebagian baju yang dikenakan oleh gadis itu.
“a..apa yang terjadi..? yun? Kamu ke..kenapa? Tanya ryan dengan cemas. “Maaf,
saudara tolong keluar dulu…kami harus memeriksa pasien…” ujar sang suster
sambil menutup korden yang ada diatas tempat tidur yuyun. Akhirnya dengan
langkah gontai ryan berjalan pelan keluar dari kamar itu. Ryan berusaha untuk
berjalan tegap, namun langkahnya tetap terasa berat. Ryan memegang dadanya
erat, dadanya terasa berdenyut keras. Sampai akhirnya….
Perlahan ryan membuka matanya. Dipandangnya langit langit
yang menggantung diatasnya. “ dimana…aku..? ujar ryan lirih. “kamu dirumah sakit..!
dasar bodoh..!” satu suara terdengar membalas pertanyaan ryan. Perlahan ryan
mengangkat wajahnya, senyumnya perlahan terkembang. “sinta….kirain siapa…” ujar
ryan sambil memandang suster yang menjaganya. Ryan dan suster sinta memang
berteman baik. Begitu juga dengan yuyun. Mereka bertiga adalah sahabat baik
sejak sma. Saat lulus sma sinta memutuskan untuk sekolah keperawatan dan
setelah itu bertugas di rumah sakit di kota itu. Sementara itu ryan dan yuyun
melanjutkan kuliahnya di universitas yang sama. “ryan ryan…sampai kapan kamu
mau kayak gini terus… Dasar cowok bodoh..! sampai sakit kayak gini juga…”ujar
sinta sambil membenarkan selang infus. Ryan tersenyum mendengarnya. “yach
beginilah…tapi kalau aku gak sakit, kamu kan gak akan ngurusin aku…ya..gak…?
tapi bagaimana pun juga…sin…terimakasih yach… selama ini aku selalu ngerepotin
kamu…” ryan berujar pelan. “iya, emang kamu ngerepotin…. Tapi yach… udah resiko
aku jadi perawat, dapat pasien nakal kayak kamu…”ucap sinta sambil mencubit
hidung ryan pelan. “auuww…sinta, kalau hidung aku pesek gimana? Ntar aku gak
bisa nyium kamu lagi…”goda ryan manja, yang langsung dibalas sinta “cium tuh
kebo…dasar…!” balas sinta sambil tersenyum manja. Ryan memandang wajah sinta
yang sedang tersenyum, harus ryan akui sinta memiliki paras yang tidak kalah
cantiknya dengan yuyun, bahkan bisa dibilang lebih cantik. Ryan juga tahu
bagaimana perasaan gadis itu terhadap dirinya. Ryan sadar dirinya juga sangat
menyayangi gadis tersebut. Tapi rasa sayangnya yang terdalam telah tertambat di
diri yuyun seorang. “hei, halo..? lagi ngayal apaan..? ngelamun jorok
yach..?”potong sinta mengakhiri lamunan ryan. Ryan tersenyum mendengarnya. “
iya sih…aku tadi lagi ngebayang
seandainya kamu lagi….”ryan tidak sempat meneruskan ucapannya karena langsung
digebuki sinta. “ah..jorok..!aku gak mau…. Kamu gak boleh ngayalin aku…!” ucap
sinta sambil mencubit cubit lengan ryan. ”Aduh..ampun..ampun..” ryan menghiba
hiba memohon agar sinta mau melepaskannya tapi gadis manis tersebut terus
melancarkan aksinya. Tiba tiba, mata ryan membesar. Nafasnya tercekik,
sementara itu tangannya mengenggam erat dadanya. “ry….ryan…? ka..kamu…?”
sesaat kepanikan melanda sinta, sinta
memeriksa sekujur tubuh ryan. Tapi dilihatnya reaksi ryan tetap sama. Air mata
perlahan memberkas dipipi gadis itu. Saat sinta hendak berlari keluar hendak
memanggil dokter, satu tangan menahan lengannya. “maaf sin… aku Cuma main main,
aku nggak papa koq…” sinta langsung memalingkan wajahnya kearah suara tersebut,
kala dilihatnya ryan tersenyum kearahnya, tangisnya pun langsung tumpah. “
jahat…ryan jahat…kamu bener bener jahat…!”isak sinta pelan seraya mengusap air
matanya dan berlari meninggalkan ryan. Ryan tertegun, sesaat kemudian ryan
menghembuskan nafasnya. Berat, ryan merasa sangat bersalah telah mempermainkan
perasaan gadis itu. Ryan tidak menyangka perasaan gadis itu masih sangat besar
terhadapnya. Ryan kembali menarik nafasnya, dan akhirnya tenggelam dalam
lamunannya.
Dr ambry membolak balikan medical record milik
yuyun dan ryan, berulangkali kepalanya digelengkan. “aku benar benar gak mengerti sama kamu ryan, saat yuyun
sakit, jantung kamu selalu kambuh… tapi anehnya setelah dilakukan pemeriksaan
jantung kamu gak papa, jantung kamu masih berfungsi dengan baik aku benar benar
gak mengerti…”ujar dr ambry sambil menghela nafas. “dok, apakah masih ada
harapan buat yuyun dok…?”ryan bertanya berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
“untuk saat ini kami tidak memiliki donor yang cocok untuk sahabatmu itu…. Aku
benar benar khawatir operasi tidak bisa berlangsung selama jantung yang cocok
belum ditemukan….”belum sempat dr ambry menyelesaikan ucapannya, dirinya
terkejut besar kala dilihatnya ryan mengerang kesakitan sambil meremas dadanya.
Disaat yang bersamaan seorang suster mendadak masuk ke ruangan dokter ambry.
“gawat dok! pasien kamar dua kosong delapan dalam keadaan kritis..! dokter
harus kesana..!”seru suster itu kencang. “hubungi dokter noubert suruh dia
tangani yuyun, aku harus menangani ryan dahulu…” ujar dokter sambil memapah ryan
ke atas kereta dorong. “ba..baik dok..!”ucap suster itu gelagapan. Sementara
itu dokter noubert yang telah dipanggil dan kini berada di kamar dua kosong delapan juga
berpacu dengan waktu berusaha memulihkan kesadaran pasiennya. “berjuanglah
yun…berjuanglah……!” dr noubert berujar keras seraya menghentakkan alat pengejut
di dada yuyun.
Ryan membelai wajah sinta perlahan,
dimainkannya anak rambut yang tergerai di dahi gadis itu. “sinta…maafkan aku….
Sebenarnya aku telah lama menyadari bagaimana dalamnya perasaan kamu
padaku…aku..aku memang tolol..! tanpa aku sadari aku telah banyak menyakiti
hatimu…”ryan mendesah pelan. Sementara itu sinta hanya bisa mendengarkan dengan
wajah tertunduk.”i..itu bukan salah mu ryan…aku
saja yang terlalu bo..bodoh..!” ucap sinta sambil menggigit bibirnya,
air mata perlahan mulai menetes. Ryan perlahan menyeka air mata di pipi gadis
itu dengan punggung tangannya. “jangan menangis sinta…aku juga sangat sayang
padamu…aku gak suka lihat kamu seperti ini…”ucap ryan berusaha membesarkan hati
gadis itu. “sinta sayang….waktu ku tak banyak lagi… aku harap kamu mau
mengerti… aku harus memberikan hatiku tuk seseorang… demi cinta aku…. demi
persahabatan kita….. dan demi hidup …aku…aku ingin kamu bisa tegar… melanjutkan
hidup kamu… dan menemukan cinta sejatimu…aku… akan selalu menyertaimu… adikku
sayang…..” suara ryan terdengar bergetar. Sinta memalingkan wajahnya.” A…apa
maksudmu ryan…? Aku gak mengerti….” Sinta berujar dengan nada memelas. Tapi
alangkah kagetnya kala dilihatnya sosok ryan perlahan berubah menjadi samar
samar.”selamat tinggal adikku sayang…. jaga dirimu baik baik…”ucap ryan sembari
melambaikan tangan dan perlahan memudar.
Sementara itu sinta yang tidak mengerti terus memburu wujud ryan yang mulai
sirna.”ryan…aku sayang kamu… aku cinta kamu… jangan tinggalkan aku….!
Ryaaaann…!” teriak sinta dengan air mata berlinang. Sekejap kemudian sinta
terhenyak. Butir butir keringat membasahi tubuhnya. “mimpi….!” Sinta berujar
pelan disekanya peluh yang membasahi keningnya, kala tangannya menyapu ke sudut
matanya, sinta terkejut kala mendapati bulir air mata yang masih memberkas.
“ryan…..” sinta mendesah lirih.
Ryan menatap wajah
yuyun yang tertidur itu dengan pandangan mesra, sesekali jemarinya membelai
pipi ranum gadis itu. Berulang kali terlihat air mata nya menetes membasahi
pundak gadis itu. Ryan benar benar tidak sanggup melihat keadaan gadis itu,
hatinya, jiwanya, dan raganya seakan tersayat melihat orang yang disayangnya
tersebut dalam keadaan yang memperihatinkan. “yun…aku datang… tapi ini mungkin
untuk yang terakhir kalinya…maafkan aku yun.. selama ini aku tidak mampu untuk
mengutarakan isi hati ku padamu… bukan karena aku pengecut… aku hanya tidak
ingin kalau suatu saat aku tanpa sengaja membuat mu terluka…. Aku sangat sayang
padamu, lebih dari hidupku…lebih dari nyawaku, dan lebih dari segalanya…..
sejak awal aku sudah menyadari…bahwa hatiku bukan milikku lagi… jantung ini
bukan milikku lagi….aku sadar ada saat dimana harus kuserahkan semuanya
kepadamu….. dan sekarang lah saatnya….” ryan terdiam sembari menyeka air
matanya. “aku selalu ingat…saat saat yang kita lewati…saat yang kita lalui…
saat kita tersenyum bersama, menangis bersama…. Semuanya…aku..aku pasti akan
sangat merindukannya…”ucap ryan dengan suara bergetar. “yun…maafkan aku…aku
ingin menciummu…untuk yang pertama… dan untuk yang terakhir kalinya… akupun
ingin memelukmu… sesuatu yang tak bisa kulakukan selama ini…hari ini akan
kulakukan… tuk buktikan cintaku padamu…. Disaat sisa waktuku….. yang
terakhir….” Ujar ryan perlahan sembari mengecup lembut bibir pucat gadis itu.
Sementara itu selang satu jam kemudian seluruh rumah sakit digemparkan dengan
ditemukannya tubuh seorang pria yang juga pasien rumah sakit tersebut yang
telah membeku sambil memeluk tubuh pasien kamar dua kosong delapan. Seulas
senyum terlukis indah di bibirnya.
Udara pagi perlahan berhembus melalui kisi
kisi jendela, sementara itu sinar mentari pagi yang hangat terlihat bergelayut
manja menyinari seisi kamar itu. Yuyun perlahan membuka kelopak matanya
dipandanginya langit langit kamar dimana dia dirawat dengan pandangan nanar.
“aku…dimana?” ucap yuyun lirih. “kamu masih di rumah sakit, yun….semuanya telah
berakhir… kamu sudah sembuh…!” ucap seseorang yang dikenal yuyun sebagai dr
ambry. ”dokter….”yuyun berucap lirih, saat kepalanya dipalingkan, dilihatnya
seorang suster berdiri sambil berlinang air mata. “sinta…..”ucap yuyun
perlahan. sinta tidak dapat membendung
perasaannya lagi dipeluknya tubuh sahabatnya itu.”yuyun…. aku senang
kamu sembuh… aku bahagia…..” ujar sinta dibarengi tangisannya.” sinta…. aku
juga senang melihat kamu lagi….. tapi, aku tidak melihat….ryan…. dimana
dia…sin..? yuyun berujar lirih. Pandangannya diedarkan ke sekeliling kamarnya,
dilihatnya dr ambry perlahan menundukan wajahnya. Kesedihan terpancar di raut
wajahnya. Sementara itu kala yuyun memalingkan wajahnya kearah sinta dirinya
terkejut. Dilihatnya sinta berdiri dengan tubuh tergetar sambil menahan isak
tangisnya. “ sin…? Ke..kenapa..? a..apa aku melakukan kesalahan…? Apa ini ada
hubunganya dengan ryan…? Apa yang terjadi..?” Tanya yuyun dengan hati gundah.
Perlahan sinta mengangkat wajahnya, wajah sendu gadis itu terlihat
berselimutkan kesedihan yang mendalam.”ryan…ryan…” sinta tidak kuasa meneruskan
ucapannya. Bulir bulir bening tidak hentinya menetes dipipinya. “sinta..?
kamu…? Ke..kenapa…?”ujar yuyun perlahan. dirinya benar benar tidak mengerti
dengan apa yang terjadi. Saat pikirannya masih tersesat dalam kebingungan
dirinya dikejutkan oleh tubuh sinta yang terjerembab di pangkuannya. “sinta..?
sinta…kamu kenapa…..? sin, Bangun sin…..sinta…!” ucap yuyun dengan keras sambil
berusaha menguncang tubuh sahabatnya tersebut.
pucuk pucuk cemara muda mulai bermunculan.
Angin semilir bulan September berhembus membawa aroma pinus yang menyegarkan.
Sementara itu di depan terkembang padang bunga dandelion yang mulai bermekaran
Diiringi semilir angin yang berhembus, yuyun perlahan memulai membaca surat
yang sedari tadi hanya dipandanginya saja.
Dear yuyun….
Maafkan aku yun….semua aku lakukan
hanya untukmu…. Maaf, aku telah melanggar komitmen kita….. aku telah
mencintaimu….. sesuatu yang telah kitasepakati tak kan terjadi diantara kita….
Aku sadar aku salah…. Walaupun aku tahu aku tidak boleh mencintaimu aku tetap
menyimpan perasaan ini…. membiarkannya tumbuh…. dan mengikat hatiku… erat….
Kala melihatmu sakit hatiku pun tersiksa… perlahan ku mulai menyadari… hatiku
bukan milikku lagi…. Aku hanyalah wadah dari sang hati… yang seharusnya
melanglang jauh mencari ruang kosong jiwa sang pecinta….. aku bahagia… walaupun
kita tak ditakdirkan bersama… tapi hati kita satu…..kini dan selamanya….biarlah
ragaku terendap dalam kenangan… tapi jiwaku kan sertaimu selalu…. menyatu…..
bersamamu… dalam penjelajahan sang hati……
Yang kan selalu
mencintaimu
Ryan
Yuyun perlahan menutup surat
tersebut diwajahnya. Air matanya pelahan mulai merembes disela sela genggaman
tangannya. “ryan… maafkan aku…. Aku salah selama ini tidak bisa membaca isi
hatimu….tidak bisa mengerti perasaanmu….aku jahat benar benar jahat…!” isak
yuyun dibalik tangisnya. Saat isakannya mulai mengeras, satu tangan merangkul tubuhnya. “yun…tabahkan
hatimu….semua ini memang berat buat kita semua…tapi…kita harus bisa
melewatinya… semua ini demi ryan juga kan…? “ ucap gadis yang memeluk yuyun
yang ternyata bukan lain sinta adanya. “sinta…….!” Ujar yuyun sambil memeluk
tubuh sahabatnya tersebut.” Jangan menangis yun…. Pada dasarnya kita tidak
pernah kehilangan ryan….. cintanya, kebaikannya, perhatiannya, dan hatinya….
tetap ada…. dan hidup…. dalam dirimu… dalam diri kita semua… dia telah
memberikan jantungnya padamu…. dia telah memberikan hidupnya padamu… jangan sia
sia kan pengorbanannya….!” Bisik sinta lirih. Perlahan yuyun menyeka air
matanya, walaupun terasa berat namun akhirnya bisa juga dia berucap “ aku
berjanji sin…demi ryan, aku akan teruskan hidupku akan ku lanjutkan
langkahku…terima kasih sin…buat semuanya…”ucap yuyun pelan. Senyuman perlahan
mulai menyeruak dari sudut bibirnya yang mungil. Melihat senyum di wajah yuyun,
senyum di wajah sinta pun turut terkembang. Dipeluknya sahabatnya tersebut
sambil kemudian dituntunnya untuk berdiri dan menikmati padang bunga dandellion
yang mulai bermekaran indah. Sementara itu di atas langit perlahan membias
tujuh warna cerah diangkasa memayungi segala harapan dan doa yang berterbangan
diantara serpih serpih sari dandellion yang terbang terbawa angin musim semi.
0 komentar:
Posting Komentar